Minggu, 14 Juni 2009

Sensor Internet Sulit Diatur dengan 'Tangan Besi'

Ardhi Suryadhi - detikinet
Jakarta - Indonesia dinilai tak bisa disamakan dengan negara lain yang menerapkan sensor ketat terhadap akses internet. Sifat internet yang universal alias terhubung dengan berbagai hal membuat Indonesia dianggap tak cocok menerapkan kebijakan 'tangan besi' tersebut.

Menurut Lolly Amalia, Ketua Pokja Teknis Tim Sosialisasi Internet Sehat Depkominfo, memblokir konteks di internet tak segampang yang dikira. Sebab, alih-alih bermanfaat, dikhawatirkan malah akan mengganggu hal berguna lainnya.

"Misalkan kita blokir kata 'sex' di internet. Bagaimana kalau ada yang lagi ingin mencari bahan tentang pendidikan sex atau kesehatan sex. Ini kan jadi bisa terblokir juga," jelasnya kepada detikINET di sela ajang Festival Komputer Indonesia yang berlangsung di Jakarta Convention Center, Kamis (11/6/2009).

Selain dapat mengganggu konten lain, lanjut Lolly, pemblokiran atau pemfilteran juga dapat mengurangi kecepatan akses internet pengguna. "Sebab, semakin banyak data-data yang perlu diproses," tukas wanita yang juga menjabat sebagai Direktur Sistem Informasi Depkominfo ini.

Alhasil, Depkominfo perlu berpikir berkali-kali untuk memutuskan pemblokiran untuk suatu konten. Begitu juga untuk situs-situs 'nakal', dikhawatirkan yang terjadi adalah mati satu tumbuh seribu.

Lalu apa aksi Depkominfo? Sepertinya, lembaga pimpinan Menkominfo Mohammad Nuh ini akan lebih mengandalkan sosialisasi dengan harapan dapat menumbuhkan kesadaran serta memperbaiki moral masyarakat sambil memperbanyak konten-konten bermanfaat dan baik untuk dikonsumsi pengguna internet.

"Nah, dari sini pelan-pelan diharapkan dapat timbul filter alami dari setiap pengguna internet. Cuma pertanyaannya adalah kapan hal itu terjadi? Ya kita berusaha saja," Lolly menadaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar